feedburner

Masukkan alamat emailmu:

Dikirim oleh : FeedBurner

Celetukangobrol

Powered by ShoutJax

Aji Narantaka (bag. 3)

Celetukanopik :

Punakawan dan Gathotkaca kaget setelah memasuki mobilnya Ponari, kaget ndak nyangka. Mobilnya Ponari yang kaya' gitu ternyata dilengkapi berbagai fasilitas elektronik, macam televisi, kulkas, laptop dan lain sebagainya. Bahkan mobil itu dilengkapi dengan peralatan tempur. Gile bener tuh mobil, saingan dong dengan mobilnya Raja Amarta. Malah kata sopirnya, mobil itu persis seperti mobil transformer, yang bisa berubah wujud menjadi robot.


Mendengar ini, Gareng yang gaptek hanya bisa melongo aja.

Namun dasar Bagong yang hobi browsing (juga blogging), langsung buka tuh laptop, tanpa ba-bi-bu. Dan cuek bebek denger penjelasan sopir itu. Maklum Bagong yang pernah kesengsem sama Marshanda, langsung cari-cari warta tentang keadaan terkini Marshanda.


Ia ragu masak wong seayu Marshanda make narkoba, jelas ndaklah!


Pasalnya dia tahu "jeroan" alias luar-dalem kepribadiannya, karena sewaktu dulu pernah jadian ama yayang Marshanda dan ngaku bernama Bagong Wong.

Lagi asyik-asyik ngebaca gosip, Petruk nyenggol Bagong untuk cari berita polkam terbaru. Jangan cuman ngurusin cewek melulu, ujar Petruk. Sambil nggrundel, Bagong nurutin omongannya kakang nomor dua-nya itu. Sejurus kemudian nampak berita tentang insiden Pidato Kerajaan Amarta di gedung MPW (Majelis Permusyawaratan Wayang). Lagu "Amarta Raya" lupa disebut sama Durleksana, langsung saja hal ini menyulut kemarahan Kartababan yang emang dari sononya sudah patriotik. Daripada rame dan merusak agenda sidang, akhirnya lagu "Amarta Raya" dinyanyikan di akhir sidang.

Membaca berita ini, Petruk yang suka klenik dan hobi baca Tabloid Klenikmania dan Majalah Mistikoklagi, langsung tanya sama Semar,
Petruk : "Ada isyarat apa ini, Mo?"
Semar : "Nggak ada. Namanya lupa itu sih biasa. Bukankah Mbah Kyai pernah bilang bahwa manusia suka lupa."
Petruk : "Masak lupa? Saya ndak yakin."
Semar : "Kalo nggak yakin, apa pendapatmu tentang kejadian tersebut?"
Petruk : "Saya ndak punya pendapat. Tapi dulu pernah ada kejadian Panji Ratmoko mimpin sidang, dan kepala palunya lepas."
Semar : "Jangan menafsir kejadian itu berlebihan. Anggap saja ini kejadian biasa, kelalaian yang wajar untuk dima'afkan. Ndak mungkin tho, pejabat sekelas Durleksana sengaja lupa. Karena kalo benar ini dilakukan, integritasnya mau dikemanakan? Apalagi anaknya yang pernah memimpin Amarta Air, yang sering jatuh itu, gentle mengatakan bahwa dirinya pernah mismanajemen soal sering rontoknya Amarta Air."

Dan tak terasa saat ngobrol itu, kendaraan yang ditumpangi, sudah sampai di rumah Eyang Resi Seto, yaitu di Pertapaan Cemara Sewu. Wuih sejuk banget pertapaannya, bisa buat villa nih, ujar Gareng. Saat melangkah memasuki halaman pertapaan, maklum Gareng adalah yang punya Gareng Podomoro Group, makanya ndak bisa lihat tanah keleleran tak karuan. Melihat pertapaan Eyang Resi Seto yang begitu asri dan menyejukkan, insting bisnisnya berbicara. Nanti aku mau nego soal harga per meter kawasan pertapaan ini sama eyang resi, pikirnya.

Sambil uluk salam, si sopir memasuki rumah sang resi. Rupanya ia sudah biasa kemari. ditangannya ada bungkusan gula dan kopi. Eyang resi emang tersohor kesaktiannya, ngerti sakdurunge winarah. Jadi disambutlah mereka dengan berbagai hidangan yang menggiurkan macam pecel, empek-empek, soto, bakso, gado-gado, kerak telor, siomay, batagor, puthu, wingko, rangin, peuyeum, es teler, wedang ronde, juga makanan barat kaya' pizza, burger, dan fried chicken ala America. Sopir yang sudah akrab sama eyang resi, langsung menciumi tangan sang resi, tak ketinggalan para punakawan juga Gathotkaca. Sopir itu berkata, ini eyang sedikit oleh-oleh dari Mbokne Ponari. Makasih Cu, tapi kok gula dan kopi? Di gudang melimpah ruah, kemarin dapet bantuan raskin dan sembako. Padahal eyang sudah bilang petugasnya, bahwa eyang ini bukannya orang miskin, namun petugasnya ngeyel, karena katanya yang dapet bantuan orang-orang yang rumahnya masih dari kulit kayu dan beratap ilalang. Eyang sudah bilang kalo rumah eyang sengaja dibuat kaya' gitu, biar bisa menghayati arti kehidupan (baca: sufi). Ma'af eyang! Lantas ngasih apa, lanjutnya. Jaman canggih gini, ya jelas voucher dong Cu!, kata eyang sekali lagi. Mendengar ini, Semar hanya bisa geleng-geleng kepala.

Setelah percakapan itu usai. Gathotkaca bicara pada eyang resi, bahwa kedatangannya kemari untuk mencari penangkal Aji Gineng. Masalah itu mah gampang kata eyang resi.
"Tenang-tenang. Urusan ilmu penangkal itu sih gampang. Yang susah itu membatalkan keputusan MK tentang sengketa pemilu", ungkap Eyang.

Bersambung !


Dikutip secara bebas dari : Majalah Jayabaya No. 50 Minggu III Agustus 2009, pada rubrik Wayang Gombal dengan Lakon Aji Narantaka oleh Ki Guna Watoncarita.

Celetukangarang