feedburner

Masukkan alamat emailmu:

Dikirim oleh : FeedBurner

Celetukangobrol

Powered by ShoutJax

Gatal Menulis

Celetukanopik :

Menggaruk adalah reaksi spontan yang alamiah apabila kita mengalami gatal. Kalau meminjam istilahnya Pak SBY, menggaruk merupakan tindakan yang beretika, bahkan wajar untuk dilakukan ketika kita gatal.

Sama halnya dengan gatal biasa, gatal menulis pun memerlukan stimuli-stimuli yang dapat memicunya. Dan pencetusnya tersebut, paling tidak terdiri atas tiga hal.

Jatuh Cinta

Hal pertama adalah jatuh cinta. Apabila kita telah jatuh cinta dan kebetulan pula tidak mengalami buta huruf, maka ia mendadak membuat kita jadi gatal untuk menuangkan segenap rasa yang terpendam di atas lembaran-lembaran kertas. Kita seakan-akan menjadi pongah dan merasa sejajar, bahkan mungkin lebih tinggi daripada sastrawan model Shakespeare maupun Mpu Kanwa.

Oleh karena itu, kita tidak boleh mati gaya. Sebab mati gaya, tidak dikenal dalam filsafat percintaan. Jadi gaya merupakan hal yang terpenting. Untuk itu bagi yang mengikuti gaya sastra bergenre retro-orbais, pun harus memoles karyanya dengan baik, tidak sekedar menyemburatkan kata-kata macam ini : “Hidupku terasa hampa tanpa kehadiranmu di sisiku”. Begitu pula dengan pengikut aliran anti-jadulisme, pun wajib lebih romantik, tidak ala kadarnya seperti ini : “Yang, kamu kok nggak capek sih. Lari-lari terus di dalam hatiku”.

Kepepet
Apa hal kedua yang patut diduga menjadi penyebab kegatalan menulis? Jawabannya adalah kepepet. Ya, dengan kepepet seseorang mau tidak mau, suka tidak suka harus mau melakukannya. Meskipun begitu, untuk kepepet itu juga tidak mudah, perlu sebuah mekanisme. Mekanisme ini berkaitan dengan pekerjaan. Jadi intinya jika kita berada di pusaran pekerjaan yang memerlukan kegiatan tulis-menulis, kita terpaksalah menulis, walaupun diri kita dongkol merongkol.

Muak
Muak merupakan hal yang ketiga yang menciptakan kita menjadi gatal dalam menulis. Namun muak yang disemprotkan ke dalam bentuk tulisan, biasanya hanya terjadi pada kalangan yang menyebut dirinya kalangan akademisi ataupun seseorang yang mempunyai jiwa semirip itu. Seringkali syarat yang ketiga ini menjadi klaim bagi mereka menjunjungi tinggi nilai-nilai intelektualitas (dan katanya itu merupakan hak prerogatif yang tidak dapat diganggu gugat maupun digusur oleh pihak lain).

Lantas bagaimana jika kita tidak sedang dalam kondisi jatuh cinta, kepepet ataupun muak? Apakah gatal menulis tetap mengincar kita? Bisa jadi gatal menulis tetap akan terjadi, kalau kita anggap gatal menulis adalah hasrat yang patut dipuaskan? Lalu umpamanya kita tidak mempunyai anggapan itu, apakah juga gatal menulis pasti kehadirannya? Tentu saja tidak. Karena gatal menulis merupakan sebuah konsekuensi logis daripada sebuah kegamangan.

Makanya dalam gatal menulis, tidak selalu terjadi pemusatan terhadap norma yang berlaku dan disepakati masyarakat. Sehingga hasil yang tertampil tidaklah terlampau sering mengikuti kaidah penulisan yang baik dan benar. Bukankah menggaruk dalam ranah kegatalan biasa juga tidak mempunyai pakem yang resmi?

Sumber gambar : ticklebooth.com
Celetukanyambung...