feedburner

Masukkan alamat emailmu:

Dikirim oleh : FeedBurner

Celetukangobrol

Powered by ShoutJax

Aji Narantaka (bag. 1)

Celetukanopik :

Setelah ledakan bom yang terjadi di Hotel Ma'erot dan Cak Ton. Kerajaan Amarta jadi Siaga 1. Punggawa kerajaan dan telik sandi intensif melakukan pengamanan. Setiap ada orang yang membawa banyak barang, khususnya yang bawa ransel, langsung digeledah. Kalo gini terus, Mas BP, bisa ketangkap nih. Kemana-mana dia kan nggendong tas ransel!

Apalagi anaknya para Pandhawa, macam Gathotkaca, Antareja, Antasena dan Abimanyu, juga Setyaki sok over-acting (kebacut).

Hingga pada suatu hari ditangkapilah seorang ibu-ibu yang membawa pisau dalam jumlah besar, dengan interogasi kaya' Ndoro Meneer, Gathotkaca menanyai sang ibu itu.

Gathotkaca : "Kowe orang pasti teroris!"
Ibu : "Tidak tuan!"
Gathotkaca : "Kalo tidak kenapa bawa-bawa itu pisau."
Ibu : "Itu pisau kulakan, tuan!"
Gathotkaca : "Kulakan darimana?"
Ibu : "Dari Malaysie, tuan. Itu lho negeri asal suaminya Manohara."
Gathotkaca : "Ik tidak percaya, kowe pasti bojonya Buto Cakil Yang Top."
Ibu : "Bukan tuan, saya ini Nyi Topo, istrinya Ki Topo."

Tentu jawaban Nyi Topo itu tidak memuaskan bagi para putra Pandhawa itu. Untung datang Sadewa yang terkenal seperti Cinta anaknya Uya Kuya, yang bisa baca pikiran orang. Setelah diperiksa telapak tangannya, Nyi Topo akhirnya dikeluarkan bebas murni, karena tidak terlibat.

Sekarang gantian Gathotkaca, cs. dikuliahi oleh Sadewa. Agar jangan sembarangan menangkap orang. Dan Sadewa ingin mereka kuliah dulu di Universitas Indonesia, ngambil master di bidang Kajian Stratejik Intelijen. Biar pinter dan ngerti akal bulus teroris yang suka mbulet-bulet kaya' ulet, waktu diinterogasi dan juga bisa selangkah lebih maju dibandingkan mereka itu. Kalo setelah lulus, kok terorisnya masih lolos aja. Kata Pak Syamsir Siregar (Kepala BIN), itu namanya Sontoloyo.

Setelah itu patroli pun digeber. Namun nyatater, ternyata teroris pandai main petak umpet. Akhirnya Gathotkaca jadi mupeng dan ilfil, lalu daripada keterusan, mending ngajak para ksatria latihan perang di Tegal Kurusetra, pikirnya. Meskipun latihan perang, semua alutsista dikeluarkan dari produksi Amerika sampai buatan Swiss, macam Swiss Army Knife pun dinampakkan. Prabu Duryudana yang tinggal tidak jauh dari Tegal Kurusetra, sering terbangun tiba-tiba, karena suara gedebukan dan jeduderan.

Lama-lama akhirnya Prabu Duryudana mangkel dan memanggil Patihnya.
Prabu Duryudana : "Paman Sengkuni, saya tidak dapat tidur nyenyak. Padahal sebentar lagi ada Pidato Kerajaan tentang HUT Proklamasi Astina."
Patih Sengkuni : "Gimana lagi, bos? Tegal Kurusetra itu free zone area. Siapa aja boleh pake? Nggak peduli untuk nanggap Inul maupun Cak Nun. Gini aja, Nak Prabu, sumpal telinganya pake cotton-bud punyanya KangBoed."

Ndilalah kersaning Allah, karena kurang anggaran helikopter yang dikomandoi Gathotkaca jatuh dan menimpa rumah salah satu warga Kerajaan Astina. Keluarga Durmagati yang lagi rame-rame kenduri anaknya yang ke-12 mengalami sial. Banyak anaknya yang mati sambil bawa pincukan berisi pecel mercon.

Melihat hal ini Prabu Duryudana kirim Nota Protes ke Pandhawa, menuntut penghentian LATGAB (Latihan Perang Gabungan).

Soal ganti rugi nggak masalah, tapi soal penghentian latihan perang, nanti dulu Bos. Tegal Kurusetra itu kan daerah bebas pakai. Beda dengan Alun-Alun Kartasura, itu mesti jadi cagar budaya. Kata Antasena sambil nyanyi-nyanyi "Semut ireng anak-anak sapi, kebo bongkang nyabrang kali Bengawan ........ Solo. Riwayatmu ini, sedari dulu selalu jadi perhatian insani."

"O lha cah edan! Diberitahu orang tua, malah kurang ajar", ujar Pandhita Durna.
"Laporkan aja ke Mbah Gesang, suruh bayar royalti, supaya kapok. Biar Mbah Gesang nggak ngalami nasib kaya' Mbah Surip yang nggak dibayar-bayar RBT-nya", imbuh Patih Sengkuni.

Karena protes tidak ditanggapi, akhirnya Prabu Duryudana utusan Raden Dursala untuk memberi pelajaran Gathotkaca, cs. yang kurang ajar itu.

Untuk menghadapi Gathotkaca, Raden Dursala memakai Aji Gineng (ada yang menyebut Aji Kumbala Geni). Katanya aji ini bekas milik Adji Massaid yang anggota DPR itu lho. Selain dirinya juga ada Aji Pangestu yang memilikinya. Aji Gineng dinyatakan berkekuatan 5.000 volt. Cukup untuk menyalakan listrik sekecamatan.

Gathotkaca yang berotot kawat dan bertulang besi itupun tak berdaya menandingi keampuhan Aji Gineng. Dan seperti ini ilustrasinya :
blogger-emoticon.blogspot.com

Bersambung !

Dikutip secara bebas dari : Majalah Jayabaya No. 50 Minggu III Agustus 2009, pada rubrik Wayang Gombal dengan Lakon Aji Narantaka oleh Ki Guna Watoncarita.

Celetukangarang