feedburner

Masukkan alamat emailmu:

Dikirim oleh : FeedBurner

Celetukangobrol

Powered by ShoutJax

Hore Bentar Lagi Puasa!

Celetukanopik :

Barangsiapa yang bergembira dengan datangnya bulan ramadhan, diharamkan Allah jasadnya menyentuh api neraka. (H.R. al-Nasa’i).

Apakah dengan modal gembira (apalagi di mulut kita saja), dapat menyelamatkan diri dari "sentuhan" api neraka? Tentu tidak sesederhana itu bukan? Kegembiraan di sini artinya keinginan diri untuk melakukan pembenahan segala tingkah laku menuju kepada hal yang lebih baik.

Karena menurut Ziaulhaq, term "kutiba" pada Q.S. al-Baqarah: 183,


merupakan perintah kewajiban yang tidak dapat ditawar. Secara teknis tentu pemilihan kata itu memiliki implikasi tersendiri bahwa pelaksanaan puasa memiliki tujuan tersendiri bagi manusia khususnya dalam pembentukan karakter diri, baik pribadi maupun dalam interaksi sosial, dan harus diakui bahwa semua ibadah merupakan training untuk mencapai seperangkat tujuan. Begitu pula puasa memiliki target untuk mencapai ketakwaan sejati yang tumbuh dalam diri tidak adanya pemisahan antara ketakwaan kepada Tuhan dengan kesalehan sosial sebagaimana yang diajarkan dalam berpuasa harus terbangun senergik dalam diri. Ketakwaan ini memiliki peran penting dalam membangun kehidupan disebabkan kita sering terjebak dalam perangkat dominasi di antara keduanya menjadikan diri kita ‘pincang’ berakibat lahirlah sikap mendua dalam menginternalisasikannya dalam bentuk kepatuhan akan perintah Tuhan.

Untuk itulah diperlukan beberapa persiapan. Dan ada tiga hal yang perlu dipersiapkan, menurut barifbrave, yaitu :

Pertama: persiapan ilmu. Walaupun puasa Ramadhan sudah kita jalani setiap tahun, kita perlu mengkaji kembali hukum-hukum, ketentuan puasa dan semua amal yang terkait. Kajian kembali terhadap semuanya itu bisa saja mendatangkan pemahaman yang lebih dalam dan lebih kuat, sehingga kita bisa menjalankan puasa dan amal-amal Ramadhan itu secara lebih mantap. Lebih dari itu, pengkajian kembali itu akan menciptakan kesadaran baru atau memperbarui kesadaran untuk melaksanakan puasa. Dengan begitu, puasa Ramadhan dan seluruh amal yang ada di dalamnya tidak akan dijalani sekadar ritual rutin tahunan, karena hakikat puasa adalah penghambaan dan pengorbanan untuk Allah. Dengan bekal ilmu itu, kita akan lebih berhati-hati menjalani puasa dan semua amal lain, disertai kesadaran sedang menjalankan ibadah kepada Allah. Dengan begitu kita akan senantiasa merasa berhubungan dengan Allah SWT.

Kedua: persiapan aspek ruhiah dan upaya “memperbarui” keimanan. Ini perlu agar kita memasuki bulan Ramadhan betul-betul dengan sepenuh keimanan dan kesadaran melaksanakan perintah Allah; penuh dengan kesungguhan untuk menggapai keridhaan-Nya serta berharap betul untuk mendapatkan ampunan-Nya. Sebab, keberhasilan proses selama Ramadhan itu memang bergantung pada landasan iman dan niat semata-mata untuk mencari ridha Allah. Allah sendiri menyerukan kewajiban berpuasa itu kepada orang-orang yang beriman (QS al-Baqarah [2]: 183). Artinya, hanya mereka yang menjalani puasa dengan landasan iman —juga yang selama berpuasa Ramadhan dan melaksanakan amal-amal di dalamnya diliputi oleh suasana keimanan saja— yang akan berhasil meraih output sebagai insan takwa. Hal itu juga ditegaskan dalam hadis Rasul di atas.

Ketiga: perencanaan proses. Kita perlu menyiapkan program Ramadhan dan apa saja yang akan kita kerjakan selama bulan Ramadhan. Dengan begitu, tidak ada kesempatan yang terabaikan dan Ramadhan bisa kita jalani secara maksimal. Bagus kiranya dibuat rencana, jadwal dan programnya; juga tolok ukur dan pengawasan atas capaiannya serta solusi-solusi alternatifnya. Dengan begitu amal ibadah dan peningkatannya akan lebih disiplin. Sebab, sekecil apapun suatu aktivitas —apalagi amal besar— jika dijalankan secara langgeng dan disiplin, hasilnya tentu akan luar biasa. Dalam bahasa hadis, amal yang kontinu (terus-menerus), sekalipun kecil, adalah amal yang terbaik dan dicintai Allah.

Dengan ketiga persiapan matang tadi kita dapat merasakan apa yang diulas oleh barifbrave, tentang keistimewaan Ramadhan yang telah disampaikan oleh Rasulullah, dibandingkan bulan-bulan lainnya, yaitu:

1. Syahrun Azhim (Bulan Yang Agung)

Azhim adalah nama dan sifat Allah Ta’ala. Namun juga digunakan untuk menunjukkan kekaguman terhadap kebesaran dan kemuliaan sesuatu. Sesuatu yang diagungkan Nabi tentulah memiliki nilai yang jauh lebih besar dan sangat mulia dengan sesuatu yang diagungkan oleh manusia biasa. Alasan mengagungkan bulan Ramadhan adalah karena Allah juga mengagungkan bulan ini. Firman Allah, “Waman yu’azhim sya’iirillah fa-innahha mintaqwal quluub, barangsiapa mengagungkan syiar-syiar agama Allah, maka itu datang dari hati yang bertakwa.”

Diagungkan Allah karena pada bulan inilah Allah mewajibkan puasa sebagai salah satu dari lima rukun Islam. Allah Yang Maha Pemurah Penyayang menetapkan dan mensucikan bulan ini kemudian memberikan segala kemurahan, kasih sayang, dan kemudahan bagi hamba-hamba yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya.

2. Syahrul Mubarak

Bulan ini penuh berkah, berdayaguna dan berhasil guna, bermanfaat secara maksimal. Detik demi detik di Bulan Suci ini bagaikan rangkaian berlian yang sangat berharga bagi orang beriman. Pasalnya semua perbuatan kita di saat berpuasa menjadi ibadah berpahala yang balasannya langsung dari Allah. Amal baik sekecil apapun nilainya
dilipatgandakan sehingga kita menjadi puas dalam melakukannya.

Keberkahan Ramadhan oleh Nabi kita secara garis besar dibagi 3, yaitu 10 malam periode pertama penuh rahmat Allah, 10 berikutnya diisi dengan ampunan (maghfirah), sedangkan di 10 malam terakhir merupakan pembebas manusia dari api neraka. Keberkahan yang Allah berikan ini akan optimal jika kita mengelola waktu pendekatan diri kepada Allah sebagaimana arahan Rasulullah saw.

3. Syahru Nuzulil Qur’an

Allah mengistimewakan Ramadhan sekaligus menyediakan target terbesar, yaitu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Simaklah firman Allah dalam rangkaian ayat puasa, “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan bagi petunjuk, dan furqan
(pembeda).” (Al-Baqarah: 185)

Ayat di atas menjelaskan bahwa target utama amaliyah Ramadhan membentuk insan takwa yang menjadikan Kitabullah sebagai manhajul hayat (pedoman hidup). Dapat dikatakan bahwa Ramadhan tidak dapat dipisahkan dengan Al-Qur’an. Rasulullah saw. mendapatkan wahyu pertama pada bulan Ramadhan dan di setiap bulan Ramadhan Malaikat Jibril datang sampai dua kali untuk menguji hafalan dan pemahaman Rasulullah saw. terhadap Al-Qur’an. Bagi ummat Muhammad, ada jaminan bahwa Al-Qur’an kembali nuzul ke dalam jiwa mereka manakala mengikuti program Ramadhan dengan benar.

4. Syahrus Shiyam

Pada Bulan Ramadhan dari awal hingga akhir kita menegakkan satu dari 5 rukun (tiang) Islam yang sangat penting, yaitu shaum (puasa). Kewajiban puasa sebagaimana kewajiban ibadah shalat 5 waktu. Maka sebulan penuh seorang muslim mengkonsentrasikan diri untuk ibadah sebagaimana dia mendirikan shalat Subuh atau Maghrib yang memakan waktu beberapa menit saja. Puasa Ramadhan dilakukan tiap hari dari terbit fajar hingga terbenam matahari (Magrib). Tidak cukup menilai dari yang membatalkannya seperti makan dan minum atau berhubungan suami-istri di siang hari saja, tetapi wajib membangun akhlaqul karimah, meninggalkan perbuatan maksiat dan yang makruh (yang dibenci Allah).

5. Syahrul Qiyam

Bulan Ramadhan menggairahkan umat Islam untuk menjalankan amalan orang-orang saleh seperti sholat tahajjud dan membaca Al-Qur’an dengan benar di dalam shalat malamnya. Di Bulan Ramadhan Kitabullah mengisyaratkan bahwa untuk mendapatkan ketinggian derajatnya setiap mukmin sangat dianjurkan shalat tarawih dan witir agar di luar Ramadhan dia bisa terbiasa mengamalkan qiyamullail.

6. Syahrus Sabr (bulan sabar)

Bulan Ramadhan melatih jiwa muslim untuk senantiasa sabar tidak mengeluh dan tahan uji. Sabar adalah kekuatan jiwa dari segala bentuk kelemahan mental, spiritual dan operasional. Orang bersabar akan bersama Allah sedangkan balasan orang-orang yang sabar adalah surga.

Sabar lahir bersama dengan segala bentuk kerja besar yang beresiko seperti dalam dakwah dan jihad fi sabilillah. Ramadhan melatih muslim beramal islami dalam berjamaah untuk meninggikan kalimat Allah.

7. Syahrul Musawwah (Bulan Santunan)

Ramadhan menjadi bulan santunan manakala orang-orang beriman sadar sepenuhnya bahwa puasanya mendidik mereka untuk memiliki empati kepada fakir miskin karena merasakan lapar dan haus sebagaimana yang mereka rasakan. Karena itu kaum muslimin selayaknya menjadi pemurah dan dermawan. Memberi dan berbagi harus menjadi watak yang ditanamkan.

Segala amal yang berkaitan dengan amwal (harta) seperti zakat fitrah sedekah, infak, wakaf, dan sebagainya, bahkan zakat harta pun sebaiknya dilakukan di bulan yang mulia ini. Memberi meskipun kecil, bernilai besar di sisi Allah. Siapa yang memberi makan minum pada orang yang berpuasa meskipun hanya seteguk air, berpahala puasa seperti yang diperoleh orang yang berpuasa.

8. Syahrul Yuzdaadu fiihi Rizqul Mu’min

Bulan ini rezeki orang-orang beriman bertambah karena segala kemudahan dibuka oleh Allah seluas-luasnya. Para pedagang akan beruntung, orang yang jadi pegawai dapat kelebihan pendapatan dan sebagainya. Namun rezeki terbesar adalah hidayah Allah kemudian hikmah dan ilmu yang begitu mudah diperoleh di bulan mulia ini.

Lantas amaliah apa saja yang harus diperbuat berkaitan dengan hal di atas? Menurut H.M. Nasir, Lc., MA berdasarkan anjuran Rasulullah dan merupakan hal yang utama adalah :

Pertama: Bersedekah
Rasul SAW bersabda sebaik-baik sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan (HR. Turmuzi). Sama ada sedekah wajib atau sedekah sunat. Sedekah wajib adalah Zakat. Alangkah baiknya bila kita mengeluarkan zakat pada bulan Ramadhan, seolah kita berzakat 70 kali sebagai ganjarannya. Dan sedekah sunat yang diberikan seolah pahalanya seperti mengeluarkan zakat. Di dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan Turmuzi bahwa Nabi SAW bersabda: "Siapa-siapa yang memberikan makan untuk buka puasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahalanhya sedikitpun. Dan Rasul SAW meningkatkan sedekahnya di bulan Ramadhan bila dibandingkan dengan bulan-bulan lain." (HR. Bukhari).

Kedua: Qiamul Lail
Rasul SAW bersabda: "Siapa-siapa yang berdiri (melaksanakan) shalat pada malam-malam Ramadhan karena keimanan dan ikhlas Allah mengampunkan dosanya yang terdahulu (Muttafakun ‘Alaihi).
Shalat pada malam-malam Ramadhan sangat dianjurkan dalam Terminologi Hadits disebut Qiamul Laili boleh jadi shalat tersebut dinamakan Tarawih, Witir, shalat Hajat, Sunat Taubat, Tahajud dan lain-lain. Semuanya itu bila dikerjakan pada malam hari disebut "Qiamul Laili" sama ada dikerjakan pada malam Ramadhan atau di luar Ramadhan. Namun Ramadhan mempunyai ciri khas dari bulan-bulan lain, yaitu adanya shalat tarawih, bukan hanya sekadar perbedaan nama tapi juga perbedaan jumlah rakaat dan bila dipertajam masalah jumlah rakaatnya akan menimbulkan khilaf dan perbedaan yang luar biasa.

Ketiga: Tilawah Al-Qur'an (Membaca Al-Qur'an)
Karena Rasul SAW memperbanyak bacaan pada bulan Ramadhan dan beliau bertadarrus bersama pada bulan Ramadhan. (HR. Bukhari).

Keempat: Beri'tikaf
Yaitu aksi diam di Masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT seperti apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW pada malam sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan dan Rasul SAW bersabda: "Masjid adalah rumah orang yang bertaqwa, Allah menjaga orang yang menjadikan Masjid sebagai rumahnya, menjaga jiwanya, mengasihaninya dan memudahkan untuk melewati "Shirat" jalan menuju Surga. Tidak ada tempat yang paling aman di muka bumi ini selain daripada masjid minimal terbebas dari segala bentuk sengketa dan gugatan, dan tidak ada beban hutang. Oleh sebab itu bagi orang yang ingin mendapat ketenangan dalam hidup ini, sisakan sebagian waktunya untuk aktif diam di Masjid dengan niat beri'tikaf.

Kelima: Berumrah
Umrah adalah ziarah ke Baitullah (Ka'bah) untuk melaksanakan Thawaf dan Sai, dan diakhiri dengan Tahallul (menggunting atau mencukur rambut) mengerjakan umrah pada bulan Ramadhan tidak sama dengan umrah di luar Ramadhan. Rasul SAW bersabda: "Umrah pada bulan Ramadhan setara pahalanya dengan mengerjakan haji bersama saya." (Muttafakun ‘Alaihi). Setiap orang berkeinginan untuk duduk atau bertemu dengan Rasul apalagi duduk bersama dalam melaksanakan ibadah bersama beliau. Rasul SAW memberikan peluang untuk itu kepada ummatnya, yaitu dengan melaksanakan umrah pada bulan Ramadhan. Akhir-akhir ini kita melihat kesadaran ummat Islam untuk menggunakan sebahagian hartanya untuk beribadah umrah semakin meningkat bukan saja untuk pribadinya tetapi untuk orang banyak dan tradisi ini perlu dipertahankan asal dibarengi dengan niat yang ikhlas.

Akhir kata kita sebagai umat Islam layak bergembira atas datangnya bulan suci Ramadhan. Tentu saja kegembiraan ini tidak di mulut saja namun juga di hati, yang kemudian diterjemahkan kepada sikap dan perilaku keseharian, sebagaimana yang telah dinasehatkan dan dicontohkan Rasulullah dan para sahabatnya.

Celetukangarang